30.5.13

Romantic

Author                  : @arsyadhea_k
Genre                   : Romance
Main Cast           :
  1. Cho Jinri (OC)
  2. Lee Taemin
Other Cast :
  1. SHINee
  2. Lee Yeonhee (OC)
  3. Choi Minyoung (OC)
  4. Krystal
  5. Lee Jihyun (OC)
Cast milik Tuhan dan milik orang tua mereka, sementara cerita ASLI milikku sendiri. No bash, No plagiat, and comment please ^^
And the story is… begin! ^^
Jinri menghela nafas. Asap putih terlihat seiring ia meniup udara (?). Musim gugur ini cukup dingin. Dan cukup mengesalkan.
Jinri mengetik nomor ponsel Yeonhee dengan cepat, dan menempelkan ponselnya di telinga. Sial! Yeonhee mematikan ponselnya. Pasti ia sedang bersama Jonghyun, kekasihnya. Kini Jinri menghubungi Minyoung. Sedang sibuk. Ia mungkin sedang menelepon Jinki, kekasihnya.
Jinri menghela nafas sekali lagi. Kedua sahabatnya sedang menghabiskan waktu dengan kekasih masing-masing dan ia harus berada di taman kampus yang dingin ini. Semua ini gara-gara Lee Taemin!! Namja itu menolak menjemputnya karena ia mengantuk dan ingin tidur. Bukannya Jinri ingin dimanjakan, tapi itu kan yang seharusnya ia terima dari Taemin? Taemin kan kekasihnya!
Jinri melangkahkan kakinya dengan cepat, ia ingin segera sampai di rumah. Tidak peduli bagaimana caranya. Naik bis, naik taksi, atau berjalan kaki. Ia sedang kesal!
“Jinri-ah!” seseorang memanggil namanya, membuat Jinri menghentikan langkahnya dan berbalik.
“Oppa!” ia mendapati Kibum, kakak kelasnya sekaligus salah satu sahabat Taemin, sedang berjalan ke arahnya. Ia tersenyum.
“Mau pulang, ya?” tanya Kibum. Jinri mengangguk.
“Sendiri? Taemin tidak mengantarmu pulang?” tanyanya lagi. Jinri menggeleng.
“Ia sedang sibuk.” Bohongnya. Ia memang tidak pernah memberitahu siapapun tentang kekesalannya pada Taemin. Tidak Yeonhee, tidak Minyoung, tidak siapapun.
“Mau pulang denganku?” tawar Kibum. Jinri mengangguk cepat. Ia tidak akan menolak tawaran itu! Ia sangat kedinginan dan tawaran Kibum bisa membuatnya mencapai rumah lebih cepat.
“Kalau begitu ayo.” Kibum berjalan ke lapangan parkir kampus. Jinri mengikutinya dengan senyum gembira.
Jinri menatap ponselnya datar. Ponselnya bergetar, dan tertulis nama Lee Taemin di layarnya. Taemin meneleponnya malam ini. Tapi Jinri menolak mengangkatnya malam ini. Ia menunggu sampai ponsel itu berhenti bergetar. Setelah getaran itu berhenti, ia kembali membaca novelnya. Tapi ponselnya kembali bergetar. Lee Taemin kembali meneleponnya. Jinri menekan tombol merah lama – mematikan ponsel.
“Tidak diangkat?” sebuah pertanyaan mengejutkannya. Jinri mendapati kakaknya, Kyuhyun, berdiri di depan pintu kamarnya dengan sekaleng soda di tangan. Ia masuk ke kamar Jinri dan duduk di tepi kasur Jinri.
“Wae geurae?” tanya Kyuhyun. Jinri menunduk dan menggeleng.
“Kenapa kau tidak pernah bercerita? Aku selalu tahu kau ada masalah, tapi kau selalu berpura-pura ceria dan tidak mengatakannya pada siapapun.” katanya. Jinri mengangkat kepalanya dan menatap Kyuhyun datar.
“Masalah dalam hubungan itu sudah biasa, Saeng. Yang menjadi masalah adalah bagaimana kau menyelesaikannya.” Nasihat Kyuhyun.
“Bagaimana kabar Seohyun Eonnie?” tanya Jinri, berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Jangan berusaha mengalihkan pembicaraan. Dan, Seohyun baik-baik saja.”
“Oppa, kalau Seohyun Eonnie meminta Oppa menjemputnya di kampus, padahal saat itu Oppa sangat mengantuk dan ingin tidur, apa yang akan Oppa lakukan?”
“Menjemputnya. Apalagi?”
“Tapi kan Oppa sedang sangat mengantuk?”
“Aku bisa tidur lagi setelah menjemput Seohyun. Wae? Taemin tidak menjemputmu karena ia mengantuk?”
“Dwaesseo. Oppa keluar sana, aku mau tidur!” Jinri mendorong Kyuhyun supaya berdiri dan keluar dari kamarnya. Kyuhyun tertawa.
“Geurae, geurae.” Kyuhyun keluar dari kamar Jinri dan menutup pintu.
Di kamarnya, Jinri kembali memikirkan perubahan Taemin akhir-akhir ini. Ia tidak lagi sering menghubunginya, tidak pernah menjemput jika tidak diminta, dan bertingkah menyebalkan. Jinri menggelengkan kepalanya, berusaha melupakan semuanya. Ia harap, besok Taemin akan berubah seperti sebelumnya.
“Pelajaran kali ini selesai. Kalian boleh keluar.” Kata Park Gyosunim ketika bel berbunyi. Seluruh mahasiswa di kelas itu menutup buku mereka dan membawanya keluar kelas, termasuk Jinri, Minyoung dan Yeonhee. Mereka berjalan ke kantin. Minyoung dan Yeonhee heran melihat Jinri yang terlihat tidak bersemangat.
“Jinri-ah, wae geurae?” tanya Yeonhee.
“Apakah terjadi sesuatu di antara kau dan Taemin?” tanya Minyoung.
“Ani. Gwaenchana.” Jawab Jinri sambil tersenyum kecil.
Tiba-tiba 5 orang namja duduk di sebelah mereka, yaitu Jonghyun dkk. Yeonhee dan Minyoung tersenyum menatap kekasih mereka. Jinri mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Kyuhyun, hanya mengatakan hai. Ia tidak ingin berbicara dengan Taemin hari ini.
“Tadi mata kuliah kalian yang terakhir hari ini, kan?” tanya Jinki pada Jinri, Minyoung dan Yeonhee.
“Ne. Wae?” tanya Minyoung.
“Bagaimana kalau kita kencan bersama? Minho, kau juga ikut dengan Krystal.” Jinki menyebutkan nama kekasih Minho.
“Jadi, hanya aku yang tidak ikut?” tanya Key kesal.
“Aku tidak mau.” Kata Jinri langsung. Semua menatapnya heran.
“Wae? Biasanya kan kau yang paling ingin berjalan-jalan setelah kuliah?” tanya Yeonhee.
“Ne, tapi hari ini aku tidak mau.”
“Kau masih marah padaku karena masalah kemarin?” tanya Taemin.
“Mwo? Apa kalian bertengkar kemarin?” tanya Jonghyun bingung.
“Ani. Hanya saja aku tidak mau hari ini. Kebetulan hari ini Kyuhyun Oppa mengajakku mencari hadiah untuk kekasihnya.” Bohongnya.
Ponsel Jinri berbunyi. Seohyun menelepon. Jinri segera mengangkatnya.
“Ne, Oppa. Mwo? Arasseo, aku akan ke sana segera.” Jinri beranjak dan segera menjauh tanpa pamit dari teman-temannya. Setelah lumayan jauh, ia menghela nafas lega.
“Eonnie?”
“Kenapa kau memanggilku ‘oppa’?”
“Mianhaeyo, Eonnie. Ada alasan tersendiri, rahasia tentunya. Waeyo?”
“Kau masih ada mata kuliah setelah ini?”
“Aniyo, tadi yang terakhir.”
“Kalau begitu kau mau menemaniku pergi, tidak?”
“Pergi ke mana, Eonnie?”
“Mall. Aku ingin membeli hadiah untuk temanku. Kau mau menemaniku, kan?”
“Tentu, Eonnie.”
“Geurae. Aku akan menjemputmu di kampus sekarang.”
“Ne!”
“Terima kasih sudah menemaniku,” kata Seohyun lembut saat mereka sedang berjalan menuju mobil Seohyun.
“Cheonmaneyo, Eonnie. Lagipula Eonnie kan kekasih Kyuhyun Oppa.”
“Jadi, jika aku bukan kekasih oppamu, apa kau tidak mau menemaniku?”
“Aku akan tetap menemani Eonnie.” Jinri tersenyum. Seohyun juga tersenyum. Saat itu, Jinri melihat Taemin sedang berjalan dengan seorang yeoja. Jinri menahan nafas melihatnya. Hatinya terasa begitu sakit.
“Jinri-ah?” Seohyun heran melihat Jinri.
“Eonnie, aku baru ingat teman-temanku juga kemari. Kurasa aku akan menemui mereka. Eonnie pulang saja duluan.”
“Tapi ini sudah malam.”
“Aku akan baik-baik saja. Temanku bisa mengantarku, dan aku bisa jaga diri.”
“Oke.” Seohyun masuk mobilnya. Ia melambaikan tangan pada Jinri dan pergi. Jinri kembali menoleh ke arah Taemin. Kini dilihatnya Taemin membukakan pintu mobilnya untuk yeoja itu. Yeoja itu tersenyum dan masuk. Taemin menutup pintu mobil, kemudian berputar dan duduk di kursi kemudi.
Tak lama kemudian, mobil itu sudah meninggalkan tempat parkir. Jinri melangkah keluar dari tempat parkir. Ia sengaja tidak ikut mobil Seohyun karena ia ingin menangis. Dan ia tidak ingin siapapun tahu ia menangis.
Jinri duduk di pemberhentian bis terdekat. Masih pukul 19.30 KST, beberapa orang masih berada di sana, menunggu bis lewat ataupun menunggu taksi. Jinri tidak dapat lagi membendung air matanya. Air matanya mulai menetes. Ia pun tidak mempedulikan tatapan aneh orang-orang di sekitarnya. Hatinya begitu sakit melihat Taemin berkencan dengan yeoja lain.
“Cho Jinri-ssi?” sebuah suara membuat Jinri mengangkat kepalanya. Ia langsung menunduk dan menghapus air matanya ketika melihat siapa itu.
“Wae geuraeyo? Kenapa kau menangis?” tanya Kim Jaeheon, teman SMP Jinri.
“Gwaenchanayo.” Jawab Jinri sambil tersenyum kecil. Jaeheon mengangguk-angguk kecil, teringat dengan kebiasaan Jinri yang tidak pernah menceritakan masalahnya pada orang lain.
“Kenapa kau masih di sini? Apa kau tidak pulang?” tanyanya lagi.
“Sebentar lagi.”
“Apa kau mau kuantar? Aku meminta kakak sepupuku untuk menjemputku. Ia bisa mengantarmu pulang terlebih dahulu.”
“Dwaesseo, aku bisa pulang sendiri.” Tolak Jinri.
Sebuah mobil merah berhenti di depan mereka. Jendela depan terbuka.
“Kibum Oppa!” sapa Jaeheon. Kibum tersenyum padanya. Tapi senyumnya hilang saat ia melihat Jinri.
“Jinri-ah?”
“Oppa mengenal Jinri?” tanya Jaeheon heran.
“Bagaimana aku bisa tidak mengenalnya, ia kan kekasih sahabatku!” Kibum tertawa.
“Kenapa kau belum pulang? Mau kuantar?” tawar Kibum.
“Ayolah, Jinri-ssi. Aku tidak akan tenang jika kau belum sampai di rumah,” bujuk Jaeheon.
“Baiklah,” mereka berdua pun masuk mobil Kibum.
“Aku pulang.” Seru Jinri pelan sambil melepas sepatunya. Kyuhyun keluar dari dapur dengan segelas teh di tangan.
“Kenapa kau baru pulang? Ke mana saja kau?” tanyanya – menginterogasi – Jinri .
“Pergi dengan Seohyun Eonnie, kemudian aku bertemu teman lamaku, dan ternyata dia adik dari Kibum Oppa jadi Kibum Oppa yang mengantarku pulang.” Jawab Jinri. Ia tidak bohong – sedikit. Ia melewati Kyuhyun dan pergi ke kamarnya. Ia mengunci pintu dan menjatuhkan diri di kasur. Kemudian ia meraih ponselnya dan mengirim sebuah pesan untuk Taemin.
To : Lee Taemin
Bogoshipeo…
Ia kemudian mematikan ponselnya dan kembali menangis.
Taemin membaca pesan dari Jinri itu dengan heran. Jinri hampir tidak pernah mengirim pesan seperti itu, kecuali jika Taemin yang memulainya. Taemin menelepon Jinri, namun ponsel Jinri tidak aktif. Ada apa dengan Jinri?
Jinri berjalan pelan. Entah ke mana tujuannya, ia hanya berjalan-jalan di taman ini. Ia tersenyum mengamati kegiatan orang-orang di sekitarnya. Saat ia kembali melihat ke depan, Taemin dan yeoja yang seminggu lalu dilihatnya sudah berada di depannya. Tangan mereka yang tadinya bertautan kini dilepas.
“Neo…” Jinri tidak sanggup berkata lagi. Ia berbalik dan lari.
“Jinri-ah!” Taemin mengejar Jinri. Ia akhirnya berhasil menahan tangan Jinri. Ia membalik tubuh Jinri dan memegang kedua pundaknya.
“Lepaskan aku!” teriak Jinri. Air matanya mengalir.
“Kau salah paham.”
“Apanya yang salah paham? Jelas-jelas aku melihat kalian berdua berpegangan tangan di depanku! Aku juga melihat kalian berkencan di mall seminggu yang lalu! Apa itu salah paham?” tanyanya lirih.
“Kau melihat kami di mall?”
“Ne! Kau bahkan membukakan pintu untuknya! Oh, aku tahu kenapa akhir-akhir ini kau berubah. Kau bosan denganku, jadi kau pergi bersamanya dan ternyata ia lebih baik dariku, lebih asyik diajak bicara, betul kan?”
“Jinri!”
“Mwo? Aku benar, kan? Sudahlah, Lee Taemin. Mulai saat ini hubungan kita berakhir.” Jinri melepaskan diri dari pegangan Taemin dan berlari pergi. Taemin terpaku di tempatnya. Ia masih tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Jinri.
3 hari setelah berakhirnya hubungan Jinri dan Taemin. Kini mereka bersembilan – termasuk Krystal – sedang berkumpul di cafe milik orang tua Jinki. Canda dan tawa menghiasi mereka, kecuali Jinri dan Taemin. Mereka tidak bisa fokus karena mereka merasa canggung satu sama lain. Jinri berusaha tidak memperhatikan Taemin, sementara Taemin sesekali melirik Jinri. Tidak perlu waktu lama hingga teman-teman mereka mengetahui kecanggungan yang ada.
“Kalian berdua kenapa? Apa kalian bertengkar?” tanya Jonghyun.
“A, aniyo. Kami tidak sedang bertengakar.” Elak Jinri. Taemin tidak mengatakan apapun.
“Apa itu benar, Taeminnie?” tanya Kibum. Taemin hanya tersenyum.
“Taemin Oppa!” seorang yeoja datang. Yeoja yang dilihat Jinri sedang berkencan dengan Taemin.
“Oh, Jihyun-ah!” Taemin terkejut. Jihyun tersenyum menatap teman-teman Taemin, tapi senyumnya hilang ketika melihat Jinri.
“Kau mau bergabung dengan kami?” tawar Jinki. Jihyun mengangguk canggung, dan duduk di sebelah Taemin. Hanya itu satu-satunya kursi kosong. Jinri melengos.
“Aku harus pergi sekarang.” Jinri bangkit.
“Wae? Kau tidak bilang kau punya acara hari ini?” tanya Yeonhee heran. Jinri hanya tersenyum, kemudian pergi.
“Jeongmal mianhae, Oppa,” sesal Jihyun.
“Gwaenchana.” Jawab Taemin.
“Wae? Kalian ada masalah? Kenapa kalian tidak mengatakannya pada kami?” tanya Krystal.
“Krystal-ah!” tegur Minho.
“Wae, Oppa? Aku kan ingin tahu. Kita sahabat mereka kan? Kenapa kita tidak boleh tahu?” tanyanya tanpa rasa bersalah. Kini semua orang menatap Taemin dan Jihyun dengan rasa penasaran.
“Sebenarnya…”
Jinri berjalan cepat meninggalkan cafe. Ia berusaha keras menahan air matanya. Ia tidak bisa berada di sana lebih lama lagi. Ia tidak sanggup melihat Taemin dan yeoja itu – siapapun namanya.
“Jinri-ah!” panggil Taemin. Ia berlari mengejar Jinri. Jinri mendengarnya, tapi ia malah mempercepat langkahnya. Ia tidak ingin bertemu dengan Taemin ataupun yeoja itu lagi. Titik.
“Jinri-ah!” Taemin menahan tangan Jinri. Jinri terpaksa berbalik.
“Bisa kau lepaskan tanganku?” tanyanya dingin.
“Andwae. Kita harus bicara. Ada yang harus aku jelaskan padamu.”
“Tidak ada yang harus kau jelaskan. Semua sudah jelas!” Jinri berusaha menarik tangannya dari genggaman Taemin, tapi tidak bisa. Genggaman Taemin begitu keras sampai tangannya sakit.
“Lepaskan tanganmu! Tanganku sakit!” bentaknya. Taemin melonggarkan genggamannya, namun tidak melepasnya.
“Aku bilang lepaskan!” bentak Jinri.
“Aku tidak akan melepaskannya sampai aku selesai menjelaskan semuanya padamu.” ucap Taemin tegas. Ia menatap Jinri tajam.
Taemin menarik Jinri ke taman dan mendudukkannya di bangku panjang yang kosong di taman tersebut. Jinri tidak mau menatap Taemin, ia menatap ke arah lain, berusaha menahan tangisnya. Taemin duduk di sampingnya.
“Dia sepupuku.” Kata Taemin. Jinri langsung menoleh dengan ekspresi tidak percaya.
“Mwo?”
“Lee Jihyun. Dia sepupuku.” Katanya lagi. Jinri menatap Taemin meminta penjelasan.
“Aku memintanya menemaniku untuk mencari sesuatu di mall, dan dia setuju.”
“Apa yang kau cari?”
Taemin terlihat bingung. Ia kan tidak mungkin mengatakannya pada Jinri sekarang!
“Apa yang kau cari?!” ulang Jinri, lebih keras.
“Hadiah.”
“Untuk siapa?”
“Untuk…mu.”
“Untukku?”
“Besok kau kan ulang tahun, jadi aku ingin menyiapkan sebuah pesta kejutan untukmu. Karena aku tidak tahu apa yang kauinginkan, jadi aku mengajak Jihyun. Kalian kan seumuran. Denganku juga, sih.” jelas Taemin. Jinri mulai tersenyum. Ia terharu.
“Dan, kalau aku berubah akhir-akhir ini, itu karena aku punya terlalu banyak tugas kuliah. Dan aku juga perlu waktu untuk mempersiapkan pesta kejutan untukmu jadi…” ucapan Taemin terhenti karena Jinri menempelkan jari telunjuknya di bibir Taemin.
“Sudah cukup. Aku mengerti sekarang.” Ia tersenyum manis.
“Jadi, apa aku dimaafkan?” Taemin tersenyum. Jinri tersenyum.
“Hubungan kita tidak berakhir, kan?” Taemin memastikan. Jinri menggeleng. Taemin refleks memeluk Jinri. Jinri berusaha melepaskan diri dari pelukan Taemin.
“Hei, lepaskan! Ini di taman!” tegurnya. Taemin pun melepaskan pelukannya.
“Mianhae. Aku terlalu senang.”
“Aku juga minta maaf. Aku terlalu cemburu, dan tanpa meminta penjelasan apapun darimu, aku langsung mengakhiri hubungan kita.” Jinri sedih. Taemin merangkulnya.
“Gwaenchana, yang penting sekarang semuanya sudah jelas, kan? Tapi, gara-gara kau pesta kejutanku tidak jadi, deh.”
“Mianhae. Lagipula, siapa yang tidak cemburu melihat kekasihnya pergi dengan yeoja lain, hah?! Ini juga salahmu, tahu!” Taemin tertawa. Jinrinya sudah kembali.
“Saranghae, Lee Taemin.” Jinri mencium pipi Taemin. Taemin terkejut, namun kemudian ia tersenyum. Ia balas mencium pipi Jinri.
“Nado saranghae, Cho Jinri.” Mereka pun bertatapan dan saling tersenyum.
THE END

No comments:

Post a Comment